Laman

Minggu, 07 Oktober 2012

makalah FPI tentang pandangan islam tentang alam dan kaitannya dengan pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN




A.  Latar Belakang Masalah
Sering sekali manusia salah dalam mengambil sikap atau penilaian tentang sesuatu yang terjadi pada alam. Secara sengaja atau tidak sengaja ketidak tahuan manusia akan sifat alam itu sendiri. Berita dan kabar yang selalu terdengar adalah tentang bencana dan kerusakan yang alam yang kesemua itu tidak pernah tuntas untuk dimengerti oleh manusia yang tinggal di bumi.
Pandangan islam tentang alam, manusia, hidup, agama, Tuhan, budaya , perubahan dan sebagainya. Hasil kajian-kajian itu dijadikan bahan masukan mendasar bagi upaya revitilisasi, inovasi, bahkan rekonseptualisasi pendidikan islam beserta pilar-pilarnya dimana perlu dengan karakteristik permanen, senantiasa berusaha mengangkat derajat dan martabat manusia ke tingkat yang lebih tinggi. Setiap konsep pendidikan manapun perlu ditinjau ulang dan disempurnakan dari masa ke masa. Sejalan dengan laju perkembangan kebutuhan masyarakat serta dinamika pemikiran manusia. Kajian filsafat pendidikan islam menambah wawasan filosofis untuk menekuni bidang pendidikan islam.
Di samping itu, sebagai sebuah disiplin ilmu maka Filsafat Pendidikan Islam dapat pula menentukan sikapnya dari permasalahan-permasalahan seputar alam. Sikap ini pada akhirnya akan melahirkan berbagai prinsip yang dapat dijadikan sebagai landasan filosofis dalam menentukan tujuan, metode, kurikulum, dan berbagai komponen lainnya dalam pendidikan Islam.
B.  Rumusan Masalah
1.      Pandangan Islam tentang alam
2.      Kontribusinya alam terhadap konseptualisasi pendidikan Islam.






BAB II
PEMBAHASAN




A.  Pandangan Islam tentang Alam
Menurut Al-Jurjani, sebagaimana dikutip Toto Suharto menyatakan bahwa alam adalah segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat dikenali. Sedangkan secara terminolgi berarti segala sesuatu yang ada (maujud) selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali baik nama maupun sifat-sifat-Nya Segala sesuatu selain Allah itulah alam dalam pengertian yang sederhana.
Secara alamiah, manusia tumbuh berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat.
Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian berlangsung diatas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai “sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimilisasi perkembangan/pertumbuhannya, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan diatas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan/kematangan hidup  tanpa berlangsung melalui suatu proses.
Konsep Islam tentang adanya beberapa alam berdasarkan periodisasi, ada : alam ruh/’alam dzurriy, alam dunia (termasuk alam rahim di dalamnya), alam kubur atau alam barzakh, dan alam akhirat. Diantara alam tersebut,ternyata alam dunia yang hanya “sekejap mata” itu menentukan nasib meraka di alam akhirat yang bermiliar-miliar kali lipat lebih lama  belum lagi kualitas kenikmatan dunia di akhirat, diyakini lebih jauh lebih tinggi hingga “tidak bisa dibandingkan” dengan kehidupan duniawi. Keimanan demikian ini bila menjadi akidah (mengikat), niscaya dapat memberikan kontribusi yang bersifat penanaman idealisme, pandangan serta cita-cita yang jauh lebih melewati alam dunia menerobos alam kehidupan dunia dan abadi setelah kematian, membuahkan harapan surgawi serta membuahkan nilai-nilai mendasar yang tumbuh dari iman.
Lebih dari itu jika terus digali, tentu banyak banyak hikmah lain dari pandangan islam tentang alam yang dapat memberikan kontribusi terhadap konseptualisasi pendidikan Islam.
Berpegang pada dalil-dalil Al-Qur’an yang ada, maka alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan adalah untuk kepentingan manusia agar manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya sebaagai manusia di muka bumisalah satunya adalah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an :
اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً... (لقمان :20)
Artinya : Tidak kamu lihat, bahwa Allah telah memudahkan untukmu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa di bumi dan Ia telahsempurnakan atas kamu nikmat-nikmat-Nya, baik yang lahir maupun yang batin...(QS : Luqman : 20)
B.  Kontribusi Alam terhadap Konseptualisasi Pendidikan Islam
Para pakar mengalami kesukaran dalam mendefinisikan pendidikan, karena aspek pendidikan pada manusia begitu luas. Banyaknya definisi pendidikan yang tidak sama antara satu dengan yang lain menunjukkan kompleksitas aspek yang dibinanya. Ada yang berpendapat pendidikan mengandung arti yang sangat luas, hampir seluas kehidupaan manusia. Menurut pendapat ini, belajar pada anjing peliharaanya termasuk pendidikan. Pendidikan bisa berlangsung tanpa guru dan kurikulum. Belajar pada lam secara otodidak pun dapat masuk dalam kategori pendidikan. Sementara itu, ada pula pakar yang berpendapat lain, dalam pendidikan harus ada pihak yang memberi dan menerimanya. Harus ada pendidik, peserta didik, dan kurukulum.
Pendidikan islam dalam bahasa arab disebut tarbiyah islamiyah. Tarbiyah berasal dari tiga kata : raba, yarbu artinya bertambah dan tumbuh ; rabia, yarba berarti menjadi besar dan rabba, yarubbu yaitu memperbaiki, menuntun,menjaga, dan memelihara. Dari tiga asal kata tersebut Abdurrahman Al-Baniy menyimpulkan tarbiyah islamiyah mengandung empat unsur. Pertama, memelihara fitrah ; kedua, mengembangkan seluruh potensi kehidupan dan kesiapan yang bermacam-macam ; ketiga, mengarahkan, seluruh fitrah (pembawaan baik) dan potensi manusia menuju pada kebaikan dan kesempurnaan yang layak (islam) ; dan keempat, proses itu dilaksanakan secara bertahap.


Dampak pandangan islam tentang alam terhadap pendidikan islam antara lain :
1.      Bahwasannya manusia kalau ingin maju dan sukses,termasuk bidang pendidikan, ia harus menyesuaikan diri dengan hukum alam menempuh serta memanfaatkannya. Menolak hukum alam hanya dapat dilakukan dengana menggunakan hukum alam yang lain dan yang demikian itu hakikatnya rekayasa bukan menolak. Menentang sunnatullah atau hukum berarti menentang takdir, pasti gagal, hancur, atau rugi. Karena hukum alam/sunnatullah hakikatnya  rekayasa adalah kehendak-Nya dan Dia selalu berperan.
2.      Pandangan Islam tentang alam dapat memberikan kontribusi sangat penting dan mendasar terhadap materi pendidikan Islam. Yaitu materi harus ilmiah (logis,sesuai dengan hukum alam dan wahyu), tidak sekedar fanatisme buta  atau mitos.
3.      Terhadap cara berpikir para pendidik, peserta didik dan semua orang yang terlibat dalam pendidikan, mereka harus banyak belajar dari hukum alam yang memberi pelajaran bagaimana Allah mendidik alam semesta ini. Betapa obyektif, adil, pengasih, tegas, disiplin, aktif, menghargai waktu, beretos kerja tinggi, tidak malas, dan  sebagainya. Dengan ungkapan lain, manusia mesti meneladani sifat Allah dalam mendidik alam semesta. Tentu saja menurut kapasitas dan kemampuan manusiawi mereka.
4.      Terhadap penyusunan kurikulum dan pembuat kebijakan pendidikan (Islam) agar secara keseluruhan mempertimbangkan dan dan mengindahkan karakteristik  hukum alam atau sunnatullah, termasuk realitas psikologi perkembangan manusia. Sebab, menentangnya merupakantindakan yang sia-sia dan merugikan dan pada gilirannya akan membuahkan kegagalan.
5.      Terhadap segenap pembuat kebijakan pendidikan agar mempertimbangkan sifat-sifat alamiah/hukum alam  dan wahyu, serta menyikapinya secara tepat dan konsisten.
Di samping itu, untuk menentukan dan mengembangkan meteri pendidikan Islam tentunya bertolak dari pandangan dasar Islam tentang manusia, alam, dan masyarakat, karena pendidikan itu ditujukan kepada manusia, pendidikan itu harus mampu menyingkap rahasia  alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan dan kemajuan kehidupan manusia, dan pendidikan itu berlangsung di dalam masyarakat sekolah maupun di luar sekolah.


Dalam kaitannya dengan alam, menurut Al-Syaibany terdapat beberapa prinsip Filsafat Pendidikan Islam tentang alam dan kontribusi terhadap konseptualisasi pendidikan Islam, antara lain yakni:
1.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun masyarakat hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan alam sekitarnya tempat mereka hidup. Seluruh makhluk, baik benda ataupun alam sekitar, dipandang sebagai bagian alam semesta. Oleh karena itu, proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya, bukan sekedar terjadi dalam lingkungan sosial (sesama manusia) semata, tapi juga dalam lingkungan alam yang bersifat material.
2.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau universe, baik yang materi maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri-sendiri. Hal ini harus diteliti dan dipelajari dalam pendidikan Islam agar peserta didik mampu mengenali hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini sehinga memiliki keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupan.
3.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terbagi dalam dua kategori (alam materi dan alam ruh), harus dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu pendidikan Islam harus memperhatikan kedua hal ini secara seimbang, karena kehidupan manusia yang sempurna tidak akan terwujud hanya dengan memperhatikan salah satunya.
4.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan teratur ini, harus dipahami sebagai keajaiban dan keagungan Sang Pencipta. Olehnya itu, dari sikap ini diharapkan akan menambah iman atau keyakinan bahwa manusia tidak berdaya dihadapan Allah yang telah membuat dan mengatur alam ini sedemikian harmonis dan teraturnya.
5.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta ini bukanlah musuh bagi manusia, dan bukan penghalang bagi kemajuan peradaban manusia, melainkan alam merupakan teman dan alat bagi kemajuan manusia. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus senantiasa diarahkan agar dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik tentang bagaimana mengelola alam dan memanfaatkannya secara bijaksana demi kepentingan umat manusia.
6.      Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dan seisinya ini bersifat baru (tidak kekal). Prinsip ini dapat dijadikan sebagai pegangan pendidikan Islam bahwa hanya Allah-lah yang bersifat kekal dan abadi.













































BAB III
PENUTUP




Simpulan
Uraian diatas jika dicermati pasti banyak memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan dan konseptualisasi pendidikan Islam. Khususnya besumber dari hukum alam yang terdapat di alam semesta. Oleh karena ilmu pengetahuan iti sendiri merupakan bagian terpenting dari pendidikan dan pendidikan Islam, disamping itu implikasi-implikasi lain yang juga sangat signifikan, maka pandangan islam tentang alam pasti dapat diambil hikmahnya yang memberikan kontribusi sangat besar dan sangat luas terhadap konseptuaslisasi pendidikan Islam. Dampak pendangan Islam tentang alam terhadap pendidikan Islam.






























DAFTAR PUSTAKA





Arifin, Muzayyin, Prof. H. M.Ed., 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
Janan Asifudin, Ahmad, Dr. MA.,2010, Mengungkit Pilar-Pilar Pendidikan Islam (Tinjauan Filosofis), Yogyakarta : SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Nata, Abudin, Drs, H. MA, 1997, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta : LogosWacana Ilmu.
Tadjab, Drs. H. M.A., dkk, 1996, Dasar-Dasar Kependidikan Islam (Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan), Surabaya : Penerbit Karya Aditama.
Zuhairini,Dra.,dkk, 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.

1 komentar: