BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sering sekali manusia salah dalam mengambil sikap atau penilaian
tentang sesuatu yang terjadi pada alam. Secara sengaja atau tidak sengaja
ketidak tahuan manusia akan sifat alam itu sendiri. Berita dan kabar yang
selalu terdengar adalah tentang bencana dan kerusakan yang alam yang kesemua
itu tidak pernah tuntas untuk dimengerti oleh manusia yang tinggal di bumi.
Pandangan islam tentang alam, manusia, hidup, agama, Tuhan, budaya
, perubahan dan sebagainya. Hasil kajian-kajian itu dijadikan bahan masukan
mendasar bagi upaya revitilisasi, inovasi, bahkan rekonseptualisasi pendidikan
islam beserta pilar-pilarnya dimana perlu dengan karakteristik permanen,
senantiasa berusaha mengangkat derajat dan martabat manusia ke tingkat yang
lebih tinggi. Setiap konsep pendidikan manapun perlu ditinjau ulang dan
disempurnakan dari masa ke masa. Sejalan dengan laju perkembangan kebutuhan
masyarakat serta dinamika pemikiran manusia. Kajian filsafat pendidikan islam
menambah wawasan filosofis untuk menekuni bidang pendidikan islam.
Di samping itu, sebagai sebuah disiplin ilmu maka Filsafat Pendidikan Islam
dapat pula menentukan sikapnya dari permasalahan-permasalahan seputar alam.
Sikap ini pada akhirnya akan melahirkan berbagai prinsip yang dapat dijadikan
sebagai landasan filosofis dalam menentukan tujuan, metode, kurikulum, dan
berbagai komponen lainnya dalam pendidikan Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pandangan Islam tentang alam
2.
Kontribusinya alam terhadap konseptualisasi pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pandangan Islam tentang Alam
Menurut Al-Jurjani, sebagaimana dikutip Toto Suharto menyatakan bahwa alam
adalah segala hal yang menjadi tanda bagi suatu perkara sehingga dapat
dikenali. Sedangkan secara terminolgi berarti segala sesuatu yang ada (maujud)
selain Allah, yang dengan ini Allah dapat dikenali baik
nama maupun sifat-sifat-Nya Segala sesuatu selain Allah itulah alam dalam
pengertian yang sederhana.
Secara alamiah, manusia tumbuh berkembang sejak dalam kandungan
sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian
alam kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi
setingkat.
Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses
demikian berlangsung diatas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai
“sunnatullah”.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia
aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh
karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimilisasi
perkembangan/pertumbuhannya, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhannya.
Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan diatas bumi yang dapat
mencapai kesempurnaan/kematangan hidup
tanpa berlangsung melalui suatu proses.
Konsep Islam tentang adanya beberapa alam berdasarkan periodisasi,
ada : alam ruh/’alam dzurriy, alam dunia (termasuk alam rahim di dalamnya),
alam kubur atau alam barzakh, dan alam akhirat. Diantara alam tersebut,ternyata
alam dunia yang hanya “sekejap mata” itu menentukan nasib meraka di alam
akhirat yang bermiliar-miliar kali lipat lebih lama belum lagi kualitas kenikmatan dunia di
akhirat, diyakini lebih jauh lebih tinggi hingga “tidak bisa dibandingkan”
dengan kehidupan duniawi. Keimanan demikian ini bila menjadi akidah (mengikat),
niscaya dapat memberikan kontribusi yang bersifat penanaman idealisme,
pandangan serta cita-cita yang jauh lebih melewati alam dunia menerobos alam
kehidupan dunia dan abadi setelah kematian, membuahkan harapan surgawi serta
membuahkan nilai-nilai mendasar yang tumbuh dari iman.
Lebih dari itu jika terus digali, tentu banyak banyak hikmah lain
dari pandangan islam tentang alam yang dapat memberikan kontribusi terhadap
konseptualisasi pendidikan Islam.
Berpegang pada dalil-dalil Al-Qur’an yang ada, maka alam semesta
ini diciptakan oleh Tuhan adalah untuk kepentingan manusia agar manusia dapat
menjalankan fungsi dan kedudukannya sebaagai manusia di muka bumisalah satunya
adalah.
Firman
Allah dalam Al-Qur’an :
اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ
اللهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ
نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً... (لقمان :20)
Artinya
: Tidak kamu lihat, bahwa Allah telah memudahkan untukmu apa-apa yang ada di
langit dan apa-apa di bumi dan Ia telahsempurnakan atas kamu nikmat-nikmat-Nya,
baik yang lahir maupun yang batin...(QS : Luqman : 20)
B.
Kontribusi Alam terhadap Konseptualisasi Pendidikan Islam
Para pakar mengalami kesukaran dalam mendefinisikan pendidikan,
karena aspek pendidikan pada manusia begitu luas. Banyaknya definisi pendidikan
yang tidak sama antara satu dengan yang lain menunjukkan kompleksitas aspek
yang dibinanya. Ada yang berpendapat pendidikan mengandung arti yang sangat
luas, hampir seluas kehidupaan manusia. Menurut pendapat ini, belajar pada
anjing peliharaanya termasuk pendidikan. Pendidikan bisa berlangsung tanpa guru
dan kurikulum. Belajar pada lam secara otodidak pun dapat masuk dalam kategori
pendidikan. Sementara itu, ada pula pakar yang berpendapat lain, dalam
pendidikan harus ada pihak yang memberi dan menerimanya. Harus ada pendidik,
peserta didik, dan kurukulum.
Pendidikan islam dalam bahasa arab disebut tarbiyah islamiyah.
Tarbiyah berasal dari tiga kata : raba, yarbu artinya bertambah dan
tumbuh ; rabia, yarba berarti menjadi besar dan rabba, yarubbu
yaitu memperbaiki, menuntun,menjaga, dan memelihara. Dari tiga asal kata
tersebut Abdurrahman Al-Baniy menyimpulkan tarbiyah islamiyah mengandung
empat unsur. Pertama, memelihara fitrah ; kedua, mengembangkan seluruh potensi
kehidupan dan kesiapan yang bermacam-macam ; ketiga, mengarahkan, seluruh
fitrah (pembawaan baik) dan potensi manusia menuju pada kebaikan dan kesempurnaan
yang layak (islam) ; dan keempat, proses itu dilaksanakan secara bertahap.
Dampak
pandangan islam tentang alam terhadap pendidikan islam antara lain :
1.
Bahwasannya manusia kalau ingin maju dan sukses,termasuk bidang
pendidikan, ia harus menyesuaikan diri dengan hukum alam menempuh serta
memanfaatkannya. Menolak hukum alam hanya dapat dilakukan dengana menggunakan
hukum alam yang lain dan yang demikian itu hakikatnya rekayasa bukan menolak.
Menentang sunnatullah atau hukum berarti menentang takdir, pasti gagal, hancur,
atau rugi. Karena hukum alam/sunnatullah hakikatnya rekayasa adalah kehendak-Nya dan Dia selalu
berperan.
2.
Pandangan Islam tentang alam dapat memberikan kontribusi sangat
penting dan mendasar terhadap materi pendidikan Islam. Yaitu materi harus
ilmiah (logis,sesuai dengan hukum alam dan wahyu), tidak sekedar fanatisme
buta atau mitos.
3.
Terhadap cara berpikir para pendidik, peserta didik dan semua orang
yang terlibat dalam pendidikan, mereka harus banyak belajar dari hukum alam
yang memberi pelajaran bagaimana Allah mendidik alam semesta ini. Betapa
obyektif, adil, pengasih, tegas, disiplin, aktif, menghargai waktu, beretos
kerja tinggi, tidak malas, dan
sebagainya. Dengan ungkapan lain, manusia mesti meneladani sifat Allah
dalam mendidik alam semesta. Tentu saja menurut kapasitas dan kemampuan
manusiawi mereka.
4.
Terhadap penyusunan kurikulum dan pembuat kebijakan pendidikan
(Islam) agar secara keseluruhan mempertimbangkan dan dan mengindahkan
karakteristik hukum alam atau sunnatullah,
termasuk realitas psikologi perkembangan manusia. Sebab, menentangnya
merupakantindakan yang sia-sia dan merugikan dan pada gilirannya akan
membuahkan kegagalan.
5.
Terhadap segenap pembuat kebijakan pendidikan agar mempertimbangkan
sifat-sifat alamiah/hukum alam dan
wahyu, serta menyikapinya secara tepat dan konsisten.
Di samping itu, untuk menentukan dan mengembangkan meteri
pendidikan Islam tentunya bertolak dari pandangan dasar Islam tentang manusia,
alam, dan masyarakat, karena pendidikan itu ditujukan kepada manusia,
pendidikan itu harus mampu menyingkap rahasia
alam dan memanfaatkannya untuk kepentingan dan kemajuan kehidupan
manusia, dan pendidikan itu berlangsung di dalam masyarakat sekolah maupun di
luar sekolah.
Dalam kaitannya dengan alam, menurut Al-Syaibany terdapat beberapa prinsip
Filsafat Pendidikan Islam tentang alam dan kontribusi terhadap konseptualisasi
pendidikan Islam, antara lain yakni:
1.
Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa pendidikan Islam sebagai proses
pembentukan pengalaman dan perubahan tingkah laku, baik individu maupun
masyarakat hanya akan berhasil apabila terjadi interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan alam sekitarnya tempat mereka hidup. Seluruh makhluk, baik
benda ataupun alam sekitar, dipandang sebagai bagian alam semesta. Oleh karena
itu, proses pendidikan manusia dan peningkatan mutu akhlaknya, bukan sekedar
terjadi dalam lingkungan sosial (sesama manusia) semata, tapi juga dalam
lingkungan alam yang bersifat material.
2.
Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta atau universe,
baik yang materi maupun bukan, memiliki hukumnya sendiri-sendiri. Hal ini harus
diteliti dan dipelajari dalam pendidikan Islam agar peserta didik mampu
mengenali hukum-hukum yang mengendalikan alam semesta ini sehinga memiliki
keteraturan dan keharmonisan dalam kehidupan.
3.
Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang terbagi dalam dua
kategori (alam materi dan alam ruh), harus dipandang sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu pendidikan Islam harus
memperhatikan kedua hal ini secara seimbang, karena kehidupan manusia yang
sempurna tidak akan terwujud hanya dengan memperhatikan salah satunya.
4.
Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta yang berjalan dengan
teratur ini, harus dipahami sebagai keajaiban dan keagungan Sang Pencipta.
Olehnya itu, dari sikap ini diharapkan akan menambah iman atau keyakinan bahwa
manusia tidak berdaya dihadapan Allah yang telah membuat dan mengatur alam ini
sedemikian harmonis dan teraturnya.
5.
Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta ini bukanlah musuh
bagi manusia, dan bukan penghalang bagi kemajuan peradaban manusia, melainkan
alam merupakan teman dan alat bagi kemajuan manusia. Oleh karena itu,
pendidikan Islam harus senantiasa diarahkan agar dapat menanamkan pemahaman
kepada peserta didik tentang bagaimana mengelola alam dan memanfaatkannya
secara bijaksana demi kepentingan umat manusia.
6.
Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam semesta dan seisinya ini
bersifat baru (tidak kekal). Prinsip ini dapat dijadikan sebagai pegangan
pendidikan Islam bahwa hanya Allah-lah yang bersifat kekal
dan abadi.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Uraian diatas jika dicermati pasti banyak memberikan masukan bagi
ilmu pengetahuan dan konseptualisasi pendidikan Islam. Khususnya besumber dari
hukum alam yang terdapat di alam semesta. Oleh karena ilmu pengetahuan iti
sendiri merupakan bagian terpenting dari pendidikan dan pendidikan Islam,
disamping itu implikasi-implikasi lain yang juga sangat signifikan, maka
pandangan islam tentang alam pasti dapat diambil hikmahnya yang memberikan
kontribusi sangat besar dan sangat luas terhadap konseptuaslisasi pendidikan
Islam. Dampak pendangan Islam tentang alam terhadap pendidikan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
Muzayyin, Prof. H. M.Ed., 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta :
Bumi Aksara.
Janan Asifudin, Ahmad, Dr. MA.,2010, Mengungkit Pilar-Pilar
Pendidikan Islam (Tinjauan Filosofis), Yogyakarta : SUKA-Press UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Nata,
Abudin, Drs, H. MA, 1997, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta :
LogosWacana Ilmu.
Tadjab, Drs. H. M.A., dkk, 1996, Dasar-Dasar Kependidikan Islam
(Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan), Surabaya : Penerbit Karya Aditama.
Zuhairini,Dra.,dkk,
1995, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara.
Referensi
BalasHapus